PENDEKATAN
SEJARAH DALAM STUDI ISLAM
Makalah Pada Mata Kuliah:
PENGANTAR STUDI ISLAM
Dosen Pengampu:
Rokhmah Ulfah,
M.ag
Disusun Oleh:
Ahmad Minanur Rohim(124211018)
Ahmad Sa’dullah(124211019)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
PENDEKATAN
SEJARAH DALAM STUDI ISLAM
A. Pendahuluan
Semua aspek kehidupan tidak lepas
dari faktor sejarah, sejarah merupakan bukti yang nyata untuk melangkah lebih
maju, karena dengan sejarah, manusia bisa belajar kesalahan-kesalahan yang
telah lalu dan mengetahui data-data yang bisa di pertanggung jawabkan. Dalam
metologi islam, diperlukan sejarah untuk mengetahui kebenaran yang valid yang
tidak dicampuri oleh orang-orang terdahulu, untuk itu sangatlah urgan dalam
penelitian sejarah.
Ibnu khaldun berkata dalam bukunya
muqaddimah sejarah merupakan hasil upaya penemuan kebenaran, eksplansi kritis
tentang sebab dan genesis kebenaran sesuatu, serta kesalaman pengetahuan
tentangbagaimana dan mengapa peristiwa-peristiwa terjadi. Dalam upaya menumukan
kebenaran tersebut, Ibnu khaldun meniscayakan telaah filosif dan kritik
informasi sebagai langkah metodologis yang cukup menentukan dalam penulisan
sejarah kritisnya.[1]
Untuk itu dalam proses penulisan
sejarah, harus melalui empat proses, yaitu heurestik (teknik mencari dan
mengumpulkan sumber-sumber sejarah), kritik, interprestasi, dan historiografi
(teknik penulisan hasil penelitian sejarah).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian metode penelitian sejarah ?
2.
Apa inter koneksitas sejarah dalam studi ke islaman ?
C.
PEMBAHASAN
v
METODE PENELITIAN SEJARAH
a.
pengertian
Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode
sejarah. Metode itu sendiri berarti
cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Metode di sini
dapat dibedakan dari metodologi, sebab metodologi adalah “science of
methods” ,yakni ilmu yang membicarakan jalan. Sementara yang dimaksud
dengan penelitian, menurut Florence M.A. Hilbish (1952), adalah penyelidikan
yang saksama dan teliti terhadap suatu subjek untuk menemuka fakta-fakta guna
menghasilkan produk baru, memecahkan suatu maslah, atau untuk menyokong atau
menolak suatu teori. Oleh karna itu, metode sejarah dalam pengertiannya yang
umum adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengaplikasikan
jalanpemecahannya dari perspektif historis.[2]
Lebih khususlagi, sebagaimana dikemukakan Gilbert J.
Garaghan (1957: 33), metodek penelitian sejarah adlah seperangkat aturan dan
prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif,
menilainya scara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam
bentuktertulis. Senada dengan pengertian ini, Louis Gottschalk (1983: 32)
menjelaskan metode sejarah sebagai “proses menguji dan menganalisis kesaksian
sejarah guna menemukan data yang autentik dan dapat dipercaya, serta usaha
sintesis atas data semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.
Berdasarkan pengertian di atas, para ahli ilmu sejarah
sepakat untuk menetapkan empat kegiatan pokok di dalam cara meneliti sejarah.
Istilah-istilah yang dipergunakan bagi keempat langkah itu berbeda-beda, tetapi
makna dan maksud nya sama. Gottschalk (1983: 18), misalnya, mensistematisasikan
langkah-langkah itu sebagai berikut:
1.
Pengumpulan
objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan
lisan yang relevan;
2.
Menyingkirkan
bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak autentik;
3.
Menyimpulkan
kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang autentik;
4.
Penyusunan
kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau penyajian yang
berarti.
Ringkasnya, setiap langkah ini biasa juga disebut secara
berurutan dengan: heuristic, kritik atau verifikasi, aufessung atau
interprestasi, dan darstellung atau historiografi. Sebelum
keempat langkah ini, sebetulnya ada satu kegiatan penting, yang oleh
Kuntowijoyo (1995: 98) ditambahkannya menjadi lima tahap penelitian sejarah,
yaitu pemilihan topic dan rencana penelitian.
b.
Teknik
pemilihan Topik Penelitian
Topik penelitian adalah masalah atau objek yang harus
dipecahkan melalui penelitian ilmiah. Topik tidak sama dengan judul, karena
yang dimaksud dengan judul adalah “abstraksi” dari masalah atau topik yang
dirumuskan dalam bentuk kalimat. Sebagai contoh perbedaan antara topik dan
judul ialah karya Harry J. Benda. Sejarawan ini memilih topik “Islam di
Indonesia dalam masa penduduk Jepang”, lalu hasil penelitiannya itu diberi
judul “The crescent and the rising sun (Bulan Sabit dan Matahari
Terbit): Indonesia Islam under the Japanese Occupation”. Dalam judul
ini, ternyata masih diperlihatkan juga topik penelitiannya sehingga bisa saja
memang topik penelitian itu sebagai judul penelitiannya.[3]
Memang soal topik ini soal selera saja, akan tetapi di
dalam sebuah judul penelitia ilmiah biasanya terdiri dari: (1) masalah, objek,
atau topik penelitian sejarah; (2) subjek sejarah; (3) lokasi atau daerah; (4)
tahun atau waktu terjadinya peristiwa sejarah; dan kadang disebutkan pula; (5)
desain, strategi, atau metode penelitian. Objek peristiwa seperti dalam judul
di atas adalah “kehidupan politik” atau “perkembangan peran”; subjeknya “umat
islam” dan “pemerintah Jepang”; lokasinya “di Indonesia, khususnya di Jawa”;
dan waktunya pada masa “penduduk Jepang” atau bisa juga dengan penentuan angka
tahun “1942-1945” misalnya.
Bagaimana mencari topik yang tepat? Dalam hal ini, harus
dikembalikan pada motif penelitian, yakni bukanlah semata-mata
untukmenghasilkan karya yang bersifat kompilasi, melaikan juga dapat memberikan
sumbangan baru pada perkembangan ilmu pengetahuan dengan menggunakan data baru
dari penemuannya dalam melaksanakan penelitian atau interpretasi baru terhadap
data yang telah lama dikenal orang (Alfian, 1994: 2).
Bagaimana cara memilih topik penelitian sejarah? Menurut
Kuntowijoyo (1995: 90), topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional
dan kedekatan intelektual. Dua syarat ini dapat dipahami bahwa topik itu bisa ditemukan
atas: (1) kegemaran tertentu atau pengenalan yang lebih dekat tentang hal-hal
yang terjadi disekitarnya, atau pengalaman peniliti; dan (2) keterkaitan peneliti dengan disiplin ilmu
atau aktivitasnya dalam masyarakat. Jadi, bagi mahasiswa Fakultas Adab UIN,
Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, misalnya, maka topik yang akan lebih tepat
untuk dipilihnya adalah seputar “Islam dan umat Islam”. Di sekitar topik yang
masih sangat umum ini, mahasiswa dapat memilih topik yang spesifik dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti yang disarankan Louis Gottschalk
(1983: 41) berikut.
1)
Perangkat
pertanyaan yang bersifat geografi, yaitu terfokus pada interogatif: “Di
mana?”
2)
Perangkat
pertanyaan yang bersifat biografis, yaitu dipusatkan di sekitar
interogatif: “Siapa?”
3)
Perangkat
pertanyaan yang bersifat kronologis, yaitu dipusatkan di sekitar
interogatif: “Bilamana?”
4)
Perangkat
pertanyaan yang bersifat fungsional, yakni berpusat di sekitar
interogatif: “Apa?”
Berkaitan dengan sejarah Islam dan umatnya, berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan di atas, maka pertama kali harus dipertanyakan “umat
Islam di mana?” Benua, kawasan, negeri, daerah, kota,desa, dan sebagainya.
Kedua, “umat Islam sebagaiorang apa atau kelompok apa?” Etnis, aliran,
organisasi, tokoh, dan sebagainya. Ketiga, “dalam periodeyang mana pada masa
silam Islam dan umatnya itu yang akan
dipelajari?” Awal islam, abad pertengahan, abad modern, tahun 1905, periode
kemerdekaan Indonesia, dan sebagainya. Keempat, “peristiwa atau kegiatan jenis
apa dari umat Islam itu?” Polotik, sosial, ekonomi, kebudayaan, pemikiran,
ajaran, dan seterusnya.
c.
Teknik
Penyusunan Rencana Penelitian
Rencana penelitian biasa juga disebut usul atau proposal
penelitian. Perencanaan penelitian pada pokoknya merupakan serentetan petunjuk
yang disusun secara logis dan sistematis. Suatu perencanaan penelitian dalam
bidang ilmiah apa pun, dan Khususnya dalam bidang sejarah, membutuhkan
pemikiran yang saksama sehingga sering memakan waktu yang tidak sebentar. Tidak
sedikit mahasiswa yang menemukan kesulitan dan studinya tidak kunjung selesai
karena terbentur dalam memilih topik dan menjabarkannya dalam perencanaan yang
lengkap, baik, dan benar. Padahal berhasil dan tidaknya sebuah penelitian
sebagian besar ditentukan oleh perencanaannya. Dengan demikian, penilitian
dengan perencanaan yang tepat merupakan setengah jaminan bahwa pelaksanaan
maupun hasil penelitiannya akan berjalan dan bermutu. Meskipun begitu, yang
namanya suatu perencanaan itu tetaplah bersifat sementara, sehingga perbaikan
atau penyesuaian selalu munkin terjadi.
Perincian sebuah proposal itu tidak perlu seragam,
tergantung pada badan, lembaga, atau fekultas yang menerima proposal itu, yang
tentunya akan berbeda-beda dari satu ke badan lain. Namun, isi proposal
penelitian pada umumnya terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,
hipotesis(bila ada), cara penelitian, dan jadwal penelitian.
1.
Latar
Belakang
Latar belakang biasanya di identikkan dengan sejarah
tentang suatu maslah yang akan diteliti. Masalah sejarah sudah barang tentu
adalah suatu peristiwa masa lampau yang dipertanyakan dan sangat penting untuk
dipecahkan, atau sesuatu yang mengandung beberapa kemungkinan pemecahan dan
jawabannya berdasarkan fakta-fakta lampau. Dalam hal ini, uraian mengenai latar
belakang suatu topik hanyalah garis besarnya saja. Begitu pula latar sejarah
itu secara kronologis hendaknya hanya di seputar waktu terdekat dengan topik.
Jadi, kalaulah topik yang diteliti itu adalah tentang “Islam pada abad 19”,
maka latar belakangnya tidak perlu sampai menyangkut perihal Islam pada
abad-abad yang jauh sebelumnya.
2.
Pembatasan
dan Perumusan Masalah
Bagian ini dimaksudkan memberikan penjelasan tentang pembatasan
di satu segi dan perumusan pada segi lain.pembatasan dimaksudkan
agar peneliti tidak terjerumus ke dalam sekian banyak data yang ingin diteliti.
Sehingga, luasan dan batas peneliti dalam tempat dan waktu perlu dijelaskan.
Contoh, masalah “perjuangan umat Islam”, masalah ini amat luas, bisa
perjuangannya di bidang politik, social, ekonomi, agama, dan sebagainya. Untuk
itu, perlu ditentukan segi-segi mana dari persoalan yang luas itu yang akan
dijadikan pusat perhatian. Lingkup tempat juga perlu dibatasi, apakah mencakup
seluruh Indonesia, pulau Sumatera, ataukah daerah yang lebih kecil lagi.
Demikian pula batasan waktu atau periode yang dijadikan konsentrasi peneliti.
Dalam penjelasan atas batas-batas tersebut perlu dikemukakan alas annya secara
tempat.
Selanjutnya, dalam perumusan masalah perlu diuraikan
lebih jelas lagi tentang masalah yang telah ditetapkan di dalam latar belakang
penelitian. Dengan kata lain, masalah itu diidentifikasikan dengan rumusan yang
secara eksplisit dalamurutan sesuai dengan itensitas terhadap topik penelitian.
Bentuk perumusan masalah pada umunya berupa kalimat pertanyaan, tetapi juga
dalam kalimat pertayaan yang menggugah perhatian, atau kedua-duanya sekaligus.
Misalnya, rumusan itu dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai penegasan
topik, lalu diikuti pertanyaan-pertanyaan pokok yang pada gilirannya berfungsi
untuk menjabarkan topik dimaksud.
3.
Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini, pertama-tama disebutkan secara spesifik
tujuan yang yang ingin dicapai. Tujuan berarti sebagai tindak lanjut terhadap
masalah yang diidentifikasikan sehingga apa yang dituju hendaklah sesuai dengan
urutan masalah yang telah dirumuskan.
Mengenai kegunaan peneltian, yang secara garis besar
telah diuraikan dalam latar belakang, di sini lebih ditegaskan lagi kemanfaatan
penelitianitu bagi pengembangan suatu ilmu dan begi kegunaan praktis. Namun,
kegunaan apa pun harus tetap terkait dengan maksud dan tujuan penelitian itu
sendiri.
4.
Tinjauan
Pustaka
Bagian ini berisi uraian sistematis tentang hasil-hasil
penelitian terdahulu dan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan
dilakukan. Untuk penelitian sejarah, berarti perlu dikemukakan sejarah
penulisan (historoigrafi) dalam bidang yang akan diteliti dan seluruh hasil penelitian
yang akan di-review. Dalam review itu dikemukakan apa kekurangan
para peneliti terdahulu dan apa yang masih perlu diteliti. Apabila persoalan
sejarah yang akan diteliti itu ternyata belum ada historiografinya, maka
kepustakaan umum yang dianggap terkait dengan hal penelitian dapat
dipergunakan, dan isinya sam menjelaskan behwa permasalahan yang akan diteliti
belum terjawab atau belum terpecahkan secara memuaskan. Semua sumber yang
dipakai harus disebutkan dengan mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan.
Sedapat mungkin fakta-fakta yang dikemukakan diambil darisumber aslinya.[4]
5.
Landasan
Teori
Landasan teori dibarkan dari tinjauan pustaka dan
disusun sendiri oleh peneliti atau mahasiswa. Dalam hal ini, landasan teori
sama maksudnya dengan “kerangka pemikiran”, yakni jalan pikiran menurut kerang yang
logis untuk menangkap, menerangkan, dan menunjukan masalah-masalah yang telah
diidentifikasikan (Wahyu, 1987: 31). Kerangka teoretis yang relavan pada
gilirannya berfungsi sebagai tuntutan untuk menjawab, memecahkan, atau
menerangkan masalah yang telah diidentifikasikan itu, atau untuk merumuskan
hipotesis. Penyusunan landasan teori pada umumnya dapat berbentuk uraian
kualitatif, model matematis, atau persamaan-persamaan yang langsung berkaitan
dengan bidang ilmu yang diteliti. Dalam penelitian sejarah, teori yang
dipergunakan biasanya disusun dengan pendekatan apa dan bidang sejarah mana
yang diteliti. Bila yang diteliti adalah mengenai sejarah social, maka
teori-teori yang relevan akan lebih tepat diambil dari sosiologi. Begitu pula
bidang sejarah yang lain seperti agam, kebudayaan, ekonomi, dan politik.[5]
6.
Metode
Penelitian
Dalam penyusunan rencana penelitian, peneliti akan
dihadapkan pada tahap pemilihan metode atau teknik pelaksanaan penelitian.
Sedikitnya ada lima macam metode penelitian yang bisa dipilih: historis,
deskriptif, korelasional, eksperimental, dan kuasi-eksperimental (Surakhmad,
1984). Pilihan yang tepat atas salah satu metode ini sangat tergantung pada
maksud dan tujuan penelitian. Jadi, sangatlah tepat apabila tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsi dan menganalisis peristiwa-peristiwa masa lampau maka
metode yang dipergunakan adalah metode historis.
v INTERKONEKSITAS SEJARAH DALAM STUDI
KEISLAMAN
a.
Pedekatan
Sejarah dalam Penelitian Agama
Pendekatan sejarah pendekatan ini menguatamakan orientasi
pemahaman atau penafsiran terhadap fakta sejarah.Dalam hal ini, sejarah
berperan sebagai metode analisis.Dan karena sejarah dapat
menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu
kejadian, maka agama sebagai sasaran penelitian haruslah dijelaskan fakta-faktanya
yang berhubungan dengan waktu, apakah itu masalah kepercayaan, hukum, moral,
system ekonomi, politik, budaya, pemikiran, dan sebagainya, dari bentuk yang
sederhana hingga bentuk yang lebih kompleks.[6]
Jika pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan
gejala-gajala agama dengan menelusuri sumber di masa silam maka pendekatan bisa
didasarkan pada personal historis atau perkembangan kebudayaan umat pemeluknya.
Pendekatan semacam ini berusaha menelusuri awal perkembangan tokoh keagamaan
secara secara individual; untuk menemukan sumber-sumber dan jejak prkembangan
perilaku keagamaan sebagai dialog dengan dunia sekitarnya, atau untuk mencari
pola-pola interaksi antar agama dan masyarakat. Berdasarkan pendekatan
tersebut, sejarawan dapat menyajikan deskripsi detaildan eksplanasi tentang
sebab dan akibat suatu kejadian. Pendekatan sejarah pada gilirannya akan
membimbing ke arah pengembangan teeori tenteng evolusi agama dan perkembangan tipologi
kelompok-kelompok keagamaan.
Pendekatan sejarah tentang penelitian agama sebetulnya
bukan hanya dipergunakan oleh sejarawan murni, melainkan juga dipergunakan oleh
ilmuwan lain. Di kalangan sosialog agama misalnya, Talcott Parson dan Bellah
mampergunakannya dalam rangka menjelaskan evolusi agama; Berger dalam uraian
tentang memudarnya agama dalam masyarakat modern; dan Max Weber ketika
menerangkan tentang sumbangan teo;ogi Protestan dalam melahirkan kapitalisme
(Djmari, 1988: 52). OLeh karena itu, pendekatan sejarah dalam melahirkan
pemahaman lebih luas tentang berbagai persoalan agama.
Penelitian terhadap masalah-masalah agama dan keagamaan
berdasarkan pendekatan sejarah dapat pula dikatakan sebagai penelitian “sejarah
agama”, karena secara ojektifakan mengarahkan sasaran penelitian terhadap berbagai
persoalan sejarah agama. Di samping keharusan pendekatan yang dipergunakan adalah
pendekatan sejarah. Aplikasi pendekatan ini di dalam proses penelitian memiliki
beberapa perbadaaan dengan pendekatan lain seperti sosisologi dan antropologi,
terutama dalam penggunaan sumber sebagai instrumen pembuktian terhadap masalah
yang diteliti dan karakteristik lainnya seperti yang di jelaskan dalam
pembahasan terdahulu. Pendekatan sejarah secara khusus juga tampak dalam
prosedur yang ditempuh di dalam proses penelitian.[7]
Penelitian sejarah agama dapat ditempuh dengan dimulai
dari penentuan topik penelitian berdasarkan asumsi atau problematika ilmiah di
sekitar sejarah agama. Kemudian disususn proposal penelitian. Di dalam proposal
ini dijelaskan arti penting suatu masalah yang akan diteliti, kerangka
metodologis, dan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian.
Pengumpulan sumber sejarah(heuristic) dilakukan terhadap berbagai sumber
sejarah agama yang mempunyai nilai akurat, autentik dan kredibel, sehingga
hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sumber-sumber yang
diperoleh perlu dipertimbangkan apakah termasuk sumber primer atau sumber
sekunder, yakni sumber yang langsung atau tidak langsung memberikan
informasi tentang peristiwa-peristiwa agama dalam sejarah.
Dengan pendekatan sejarah, yang menekankan pada
pemahaman masalah-masalah agama di masa lampau, dimungkinkan dapat melahirkan
produk penelitian yang luas dan beraneka ragam masalah. pendekatan sejarah
memang suatu disiplin yang memiliki ciri khas dibanding disiplin-disiplin lain,
namun ia akan mampu menguak keseluruhan aspek agama umatnya sepanjang sejarah.
Peristiwa-peristiwa unik tentang agama dan keagamaan dapat dilacak dalam
kesejarahan yang berlangsung sejak awal pertumbuhan agama sampai sekarang,
termasuk dalam penyebaran melalui kawasan-kawasan yang berbeda kultur dan
proses sosial masyarakat bersangkutan[8].
Masing-masing perkembangan agama dan keagamaan di berbagai kawasan itu hingga
kini juga dapat dipelajari berdasarkan periosisasi sejarah. Orientasi
penelitian berdasarkan pendekatan sejarah ini dapat menjadi lahan penelitian
yang amat luas bagi para mahasiswa dan sarjana agama dalam berbagai disiplin
ilmu agama Islam Khususnya.
D.
KESIMPULAN
Metode
penelitian sejarah adalah ilmu yang membicarakan jalan untuk menyelidiki dan
meneliti suatu subjek untuk menemukan fakta-fakta guna menghasilkan produk
baru, memecahkan suatu masalah, atau untuk menyokong atau menolak suatu teori
dengan mengaplikasikan jalanpemecahannya dari perspektif historis.
Pendekatan
sejarah ini mengutamakan oreintasi pemahaman atau penafsiran terhadap fakta
sejarah, sejarah tersebut berperan sebagai metode analisis, karena
sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya
suatu kejadian, maka agama sebagai sasaran penelitian haruslah dijelaskan
fakta-faktanya yang berhubungan dengan waktu.
E.
PENUTUP
Islamic Studies atau Pengkajian Islam adalah sebuah
disiplin yang sangat tua seumur dengan kemunculan Islam sendiri. Pengkajian
Islam dalam sejarah panjangnya mewujud dalam berbagai tipe dan menyediakan
lahan yang sangat kaya bagi kegelisahan akademik dari kalangan insider maupun
outsider. Jika Studi outsider terwadahi dalam bentuk
Orientalisme atau Islamologi, maka kajian insider memunculkan model
ngaji yang berorientasi pengamalan, apologis yang memberi counter terhadap
orientalisme, Islamisasi ilmu yang berupaya memberikan landasan paradigma
Islam bagi ilmu-ilmu sekuler atau studi Islam klasik yang bersifat kritis
namun masih berorientasi pada pengamalan.
Sebagai objek studi, Islam harus didekati dari
berbagai aspeknya dengan menggunakan multidisiplin ilmu pengetahuan untuk
mengurai fenomena agama ini. Salah satunya adalah melalui pendekatan sejarah
yang tidak dapat diabaikan begitu saja bagi seseorang yang ingin memahami
tentang Islam dengan benar.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan Abdurrackman
Suryomihardjo. Ilmu Sejarah dan Histeriografi. Jakarta: PT. Gramedia,
1982
Abdullah, Taufik. Sejarah dan
Masyarakat: Lintas Historis Islam di Indonesia. Jakarta: Pustaka Firdaus,
1987
Audah, Ali. Ibn Khaldun.
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986
Gottschalk, Louis. Mengerti
Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-Press, 1983
Shiddiqi, Nourouzzaman. Menguak
Sejarah Muslim: Suatu Kritik Metidologis. Yogyakarta: PLP2M, 1983
Soedjatmoko, dkk. Ed. Historiografi
Indonesia:nSebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia, 1995
Umar, A. Mu’in, dkk., ed. Penulisan
Sejarah Islam di Indonesia dalam Sorotan. Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985
Usman, Hasan. Metode Penelitian
Sejarah. Terj.mu’in Umar, dkk. Jakarta: Departemen Agama, 1986
[1] Ali Audah, ibn Khaldun( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986)
[2] Taufik Abdullah,Sejarah dan Masyarakat: Lintas Historis Islam di
Indonesia(Jakarta:Pustaka Firdaus,1987)
[3] A. Mu’in Umar,dkk., ed, Penulisan Sejarah Islam di Indonesia
dalam Sorotan(Yogyakarta: Dua Dimensi,1985)
[4] Taufik Abdullah dan Abdurrachman Suryomiharrdjo, Ilmu Sejarah
dan Historiografi(Jakarta: PT. Gramedia, 1982)
[5] Soedjatmoko, dkk. Ed., Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar(Jakarta:
PT. Gramedia, 1995)
[6] Hasan Usman dan Terj. Mu’min Umar, Metode Penelitian Sejarah(
Jakarta: Departemen Agama, 1986)
[7] Louis Gottschalk dan Terj. Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah(
Jakarta: UI-Press, 1983)
[8] Nourouzzaman Shiddiqi, Menguak Sejarah Muslim: Suatu Kritik
Metodologis( Yogyakarta: PLP2M, 1983)
0 komentar:
Posting Komentar